ASUHAN
KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. A G1P0A0
DENGAN
KETUBAN PECAH DINI
DI
RSUD KOTA SURAKARTA
KARYA
TULIS ILMIAH
Diajukan
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Biostatistik Dasar
Dosen
Pengampu: Kartika Dian Listyawati SST., M.Sc

Disusun
Oleh:
Heni
Efitriasih
B13111
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telahmelimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada
Ny.A G1P0A0Dengan Ketuban Pecah Dini Di RSUD
Kota Surakarta”.Karya
Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Biostatistik Dasar.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
pengarahan dari berbagaipihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karenaitu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, MSi, selaku Ketua
STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Ibu
Retno Wulandari, S.ST,
selaku Ka.
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta
3. Ibu
Kartika Dian Listyawati, S.ST., M.Sc selaku Dosen Metodologi Penelitian dan
Biostatistik Dasar yang
telahmeluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepadapenulis
4. Ny.
A yang telah bersedia menjadi pasien dalam
penulisan karya ilmiah ini
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam
menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini
masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis membuka saran demi kemajuan
penelitian selanjutnya.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta,
Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indikator kesehatan suatu Negara
ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan
Angka Kematian Bayi (AKB ). Indonesia di
lingkungan ASEAN merupakan Negara dengan angka tertinggi yang berarti kemampuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu (Manuaba, 2008 )
Berdasarkan Survey Demografi dan dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi pada
angka 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,2011).
Salah satu faktor yang penting dalam
tingginya tingkat kematian maternal Negara berkembang adalah faktor faktor
pelayanan kesehatan.Penanganan yang kurang tepat atau memadai terutama pada
kasus patologi ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, seperti terkenanya virus
atau infeksi air ketuban. Oleh karena
itu diperlukan upaya peningkatan cara penanganan dan peningkatan kinerja yang
memadai (Hakimi, 2010).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya
ketuban sebelum waktu melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm
(fase laten). Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan (Joseph, 2010).
Ketuban Pecah Dini termasuk dalam
kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelola ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini masih dilema bagi sebagian besar ahli
kebidanan. Kalau segera mengakhiri
kehamilan akan meningkatkan insidensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis
(Nugroho, 2010)
Dari beberapa data yang ada dirumah
sakit masih banyak kasus persalinan dengan ketuban pecah dini.Oleh karena itu
penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny.A G1P0A0Dengan
Ketuban Pecah Dini Di RSUD Kota Surakarta” dengan menerapkan manajemen
kebidanan 7 langkah varney.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas penulis dapat mengambil rumusan masalah yaitu “Bagaimana
penerapan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.A G1P0A0Dengan
Ketuban Pecah Dini Di RSUD Kota Surakarta dengan menerapkan asuhan 7 langkah
varney?
C.
Tujuan Studi Kasus
1.
Tujuan Umum
Penulis
mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. A G1P0A0Dengan
Ketuban Pecah Dini Di RSUD Kota Surakarta menggunakan 7 langkah varney.
2.
Tujuan Khusus
a. Penulis
mampu:
1) Mengkaji
masalah yang dialami pada Ibu Bersalin Ny. A G1P0A0
dengan Ketuban Pecah Dini
2) Menginterpretasikan
data yang terdapat diagnose kebidanan, masalah, kebutuhan yang dialami pada Ibu
Bersalin Ny. A G1P0A0 dengan Ketuban Pecah
Dini
3) Merumuskan
diagnosa potensial yang dialami pada Ibu
Bersalin Ny. A G1P0A0 dengan Ketuban Pecah
Dini
4) Melaksanakan
antisipasi atau tindakan segera pada Ibu Bersalin Ny. A G1P0A0
dengan Ketuban Pecah Dini
5) Merencanakan
asuhan kebidanan yang diberikan pada Ibu Bersalin Ny. A G1P0A0
dengan Ketuban Pecah Dini
6) Melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai yang telah direncanakan pada Ibu Bersalin Ny. A G1P0A0
dengan Ketuban Pecah Dini
7) Mengevaluasi
asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ibu Bersalin Ny. A G1P0A0
dengan Ketuban Pecah Dini
b. Penulis
mampu menganalisa adanya perbedaan antara teori dan kasus nyata di lapangan
praktek
c. Penulis
mampu memberikan solusi dalam memecahkan suatu permasalahan jika terdapat
perbedaan pada asuhan kebidanan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
D.
Manfaat Studi Kasus
1. Bagi
Diri Sendiri
Dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman yang nyata bagi
penulis dalam memberi asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini.
2. Bagi
Profesi
Menjadi
motivasi dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini sesuai dengan kewenangan.
3. Bagi
Institusi
a. Rumah
Sakit
Untuk
meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan berkompeten terkhususnya pada
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sesuai teori yang
telah diterapkan pada institusi dengan kebijaksanaan.
b. Pendidikan
Sebagai
sumber ilmu tambahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan dan
terkhususnya dalam penanganan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini.
E.
Keaslian Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah tentang asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini pernah dilakukan oleh:
1. Rina
Dwi Pratiwi (2012) dengan judul“Asuhan Kebidanan Pada Ibu bersalin Ny.N GPA
dengan Induksi Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini di RS Dr.Moewardi Surakarta”penanganan
dilakukan dengan melakukan kolaborasi dengan dr.SPOG dalam pemberian terapi
induksi persalinan antibiotik. Induksi
dilakukan selama 4 jam 55 menit, dengan menggunakan oksitosin drip dalam cairan
infus D5% yang dimulai dengan 4 tetes permenit dan lakukan observasi
pengeluaran pervaginam dan tanda tandanya dilakukan tiap 2 jam.
2. Deltriana
Tuanger (2013) dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny.S GPA dengan
Ketuban Pecah Dini di RSUD Dr.Moewardi Surakarta” ibu telah mendapat terapi
dari dr. SPOG berupa induksi persalinan dan antibiotik. Induksi dilakukan selama 1 jam 50 menit
dengan oksitosin dengan cairan infus D5% yang dimulai dari 12 tetes per menit
dan dinaikkan 4 tetes permenit 15 menit sampai tetesan maksimal 40 tetes
permenit. Observasi keadaan umum dan
vital sign ibu dilakukan tiap 4 jam sekali, sedangkan obserasi DJJ dan his tiap
30 menit. Dengan pemberian asuhan
kebidanan yang cepat dan tepat, ibu dapat melalui persalinannya dengan selamat
tanpa adanya komplikasi yang dapat timbul pada persalinan KPD seperti infeksi
ibu bersalin secara spontan dan bayi lahir tanpa adanya komplikasi.
F.
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
penulis mmembagi menjadi 5bab yaitu:
BAB
I PENDAHULUAN
Pada
bab ini terdiri dari latar belakang masalah yang berisi sebab-sebab mengapa
penulis mengambil kasus ketuban pecah dini yang meliputi: latar belakang,
perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi
kasus, sistematika penulisan.
BABII TINJAUAN PUSTAKA
Berisi
tentang tinjauan pustaka, teori medis tentang ibu bersalin atas indikasi
ketuban pecah dini dengan tindakan induksi meliputi: teori persalinan,
pengertian, sebab-sebab terjadi persalinan, tanda-tanda inpartu, factor yang
berperan dalam persalinan, teori KPD meliputi: pengertian, etiologi, patograf,
identifikasi KPD, pengaruh KPD dan penanganan-penanganan serta teori-teori yang
berhubungan dengan kasus yang diambil, teori induksi persalinan meliputi:
pengertian induksi, waktu, cara, syarat, dan komplikasi. Teori asuhan kebidanan meliputi pengertian
proses manajemen kebidanan berdasarkan 7 langkah varney meliputi: pengkajian,
interpretasi data, diagnose potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaaan,
evaluasi dan data perkembangan menggunakan SOAP untuk mengevaluasi sebagai
landasan melakukan pembuatan kasus.
BABIII METODOLOGI
Bab
ini merupakan uraian dari jenis studi kasus, lokasi, subyek studi kasus, waktu
pelaksanaan, instrument studi kasus, kemudian teknik pengumpulan data dan alat-alat
yang akan dibutuhkan untuk studi kasus.
BABIV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab
ini berisi tinjauan kasus dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut varney
yang terdiri dari 7 langkah yaitu: mulai dari pengkajian data, interpretasi
data, diagnose potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
SOAP. Pembahasan berisi tentang
kesenjangan antara teori dan praktek yang penulis temukan sewaktu pengambilan
kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan menurut varney.
BABV PENUTUP
Bab
ini berisi tentang kesimpulan dan saran.Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab
tujuan penulis dan merupakan inti dari pembahasan penanganan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini.Saran
merupakan alternative pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang berupa
kesenjangan, pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis, operasional yang
artinya saran itu dapat dilaksanakan.
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TINJAUAN
TEORI
1.
Persalinan
a. Pengertian
1) Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu
(JNPK-KR, 2007).
2) Persalinan
adalah proses pembukaan dan penipisan serviks dan janin turun kedalam jalan
lahir. Sedangkan kelahiran adalah proses
dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Wiknjosastro,
2010)
3) Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain (Manuaba,
2007)
b. Tanda
Persalinan
Menurut
Depkes (2004) ada beberapa tanda-tanda persalinan, yaitu:
1) Penipisan
dan pembukaan serviks
2) Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit)
3) Keluarnya
lender bercampur darah (show) dari vagina
c. Tahap
persalinan
Menurut
Oxorn & Forte (2010), dalam proses persalinan, ibu akan melewati empat
tahapan. Mulai dari kontraksi dan leher
rahim yang terbuka bertahap, hingga proses pengeluaran plasenta atau ari ari
setelah bayi keluar. Ada baiknya para
calon ibu mengetahui proses atau tahapan
persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan
segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini. Proses persalinan dibagi menjadi 4 tahap,
yaitu:
1) Tahap
pertama ( kala I )
Pada
kala I proses persalinan ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur,
adekuat, dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan
lengkap. Fase kala I terdiri dari :
a) Fase
laten
Dimulai dari awal
kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm, kontraksi mulai teratur tetapi
lamanya masih diantara 20 – 30 detik, tidak terlalu mules.
b) Fase
aktif
Tanda-tanda kontraksi
diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih dan mules, pembukaan
4 cm hingga lengkap, penurunan bagian bawah janin, waktu pembukaan serviks
sampai pembukaan lengkap 10 cm. Pembukaan berlangsung selama 8 jam dan terjadi
sangat lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm
2) Tahap
Kedua (Kala II atau kala pengeluaran janin)
Gejala dan tanda kala
II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukaan
introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada
rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani
membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Dimulai dari pembukaan lengkap
(10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan
1 jam pada multi. Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau
buang air besar dengan tanda anus membuka.Pada waktu his kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, perineum membuka, perineum meregang. Dengan adanya
his ibu dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan
janin.
3) Tahap
Ketiga (Kala III)
Batasan kala III, masa
setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta,
tanda-tanda lepasnya plasenta : terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi
fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina / vulva,
adanya semburan darah secara tiba-tiba, berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat
beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya.Biasanya plasenta lepas dari 6 – 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah.
4) Tahap
keempat (Kala IV)
Satu jam segera setelah
kelahiran membutuhkan observasi yang cermat pada pasien. Tekanan darah,
kecepatan denyut nadi, dan kehilangan darah pada rahim harus dipantau dengan
cermat.Selama waktu inilah biasanya terjadi perdarahan masa nifas, biasanya
karena relaksasi rahim, bertahannya fragmen plasenta, atau laserasi yang tidak
terdiagnosis.
d. Faktor-Faktor
yang berperan dalam persalinan
Menurut Manuaba (2007)
faktor-faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
1) Power:
kekuatan his yang adekuat & tambahan kekuatan mengejan.
2) Passage
: jalan lahir tulang, jalan lahir otot
3) Passanger
: janin, plasenta, dan selaput ketuban
2.
Ketuban
Pecah Dini
a. Definisi
1. Ketuban
Pecah Dini (KPD) adalah ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung (Saifudin, 2002).
2. Ketuban
Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak
diikuti dengan proses inpartu
sebagaimana mestinya (Manuaba, 2007).
b. Kantung
Ketuban
Kantung ketuban adalah
sebuah kantung berdinding tipis yang berisi cairan dan janin selama masa
kehamilan.Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama
disebut amnion terdapat disebelah dalam.
Sedangkan, bagian kedua yang terdapat disebelah luar disebut chorion. Cairan ketuban adalah cairan
yang ada di dalam kantungamnion.Cairan
ketuban ini terdiri dari 98% air dan sisanya garam anorganik serta bahan
organik. Cairan ini dihasilkan oleh selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh
sel-sel amnion, ditambah air kencing
janin, serta cairan otak pada anensefalus.
Pada ibu hamil jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter
sampai 1,5 liter. Diperkirakan janin
menelan lebih kurang 8 – 10 cc air ketuban atau 1% dari seluruh volume dalam
tiap jam (Depkes,2007).
c. Fungsi
Air Ketuban
Menurut Manuaba (2007)
air ketuban sangat berfungsi, antara lain untuk :
1. Melindungi
janin dari trauma langsung, panas, atau kedinginan.
2. Memberikan
kesempatan tumbuh-kembang ke segala arah dengan seimbang.
3. Meratakan
tekanan his ke seluruh dinding rahim sehingga terjadi pembukaan serviks uteri.
4. Sebagai
penyuci hama saat persalinan.
d. Etiologi
Menurut Manuaba (2007)
menjelaskan beberapa hal penyebab Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu :
1. Ketegangan
rahim yang berlebihan : Gemelli,
Hidramnion
2. Kelainan
letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
3. Kemungkinan
kesempitan panggul : Perut gantung, bagian terendah belum masuk pintu atas
panggul, sefalopelvik disproporsi.
4. Kelainan
bawaan dari selaput ketuban.
5. Infeksi
yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik
pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik,
sehingga memudahkan ketuban pecah
dini.
e. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2007),
ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin. Kemungkinan
tekanan intra uteri yang kuat adalah
penyebab independen dari ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak kuat
akibat dari kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi atau mudah pecah dengan mengeluarkan air
ketuban. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut :
1. Terjadinya
pembukaan premature serviks
2. Membran
terkait dengan pembukaan terjadi :
a)
Desvakularisasi
b)
Nekros
dan dapat diikuti secara spontan
c)
Jaringan ikat yang menyangga membran
ketuban makin berkurang
d) Melemahnya
daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim-enzim preteolitik, enzimkolagenase.
f.
Tanda dan Gejala
Tanda
ketuban pecah dini adalah keluarnya air ketuban secara spontan atau merembes
dengan atau tanpa disertai rasa nyeri.Sedangkan gejalanya pasien mengatakan
keluarnya cairan banyak atau merembespervaginam tanpa disertai rasa ingin buang
air kecil (Manuaba, 2007).
Cara
menentukan tanda dan gejalanya yaitu :
1.
Adanya cairan yang berisi meconium, vernic caseosa, lanugo atau bila telah terinfeksi berbau.
2.
Adanya cairan ketuban divagina, meminta
pasien untuk mengejan, maka cairan dapat keluar sedikit-sedikit atau banyak.
3.
Cairan dapat keluar saat tidur, duduk
atau pada saat seperti berdiri atau berjalan.
4.
Kadang-kadang cairan berwarna putih,
keruh, jernih dan hijau.
5.
Apabila ketuban telah lama pecah dan
terjadi infeksi, maka pasien akan demam (Manuaba, 2008).
Untuk kepastian atau mengetahui adanya
ketuban pecah dini dapat digunakan cara-cara untuk mengidentifikasi adalah :
1. Inspekulo
: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian
yang sudah pecah.
2. Gunakan
kertas lakmus (litmus)
a. Bila
menjadi biru (basa) : air ketuban
b. Bila
menjadi merah (asam) : urine
3. Pemeriksaan
PH forniks posterior pada PROM PH
adalah basa (air ketuban)
4. Pemeriksaan
histopologi air ketuban.
5. Aborization
dan sitologi air ketuban
g. Komplikasi
Ketuban Pecah Dini
Menurut Manuaba (2008),
komplikasi ketuban pecah dini adalah :
1. Infeksi
intrapartum
Adalah infeksi yang
terjadi dalam masa persalinan/in partu.Disebut juga karioamnionitis, karena
infeksi ini melibatkan selaput janin. Pada
ketuban pecah 6 jam, resiko infeksi meningkat 1 kali.Ketuban pecah 24
jam.Resiko infeksi meningkat sampai 2 kali.
2. Inersia
uteri
Adalah his yang
sifatnya lebih lama, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan his normal.
h.
Pengaruh Ketuban Pecah Dini
Menurut
Manuaba (2008), pengaruh ketuban pecah dini yaitu :
1.
Terhadap Ibu
Karena
jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartial.Apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu dapat juga dijumpai infeksi
puerperalis (Nifas), peritonitis septikemia dan dry labour. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur,
partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah
tanda-tanda infeksi. Hal-hal diatas akan meninggikan angka-angka kematian dan
angka morbilitas pada ibu.
2.
Terhadap Janin
Walaupun
ibu belum menunjukkan gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi
karena infeksi intra uterin yang lebih dahulu terjadi (amnionitis, khorio
amnionitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan jadi akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas.
i.
Terapi dan Tindakan Segera
Menurut
Saifuddin (2006), terapi atau tindakan segera yang diberikan meliputi :
1.
Konservatif
a) Rawat
di rumah sakit
b) Berikan
antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c) Jika
umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Jika
usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum in
partu tidak ada infeksi, tes busa negative : beri deksametason, observasi
tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
e) Jika
usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah in
partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan
induksi sesudah 24 jam.
f) Jika
usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi.
g) Nilai
tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine)
h) Pada
usia kehamilan 32 – 34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu.
2. Aktif
a) Kehamilan
> 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
b) Bila
ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
3. Tindakan
segera
a) Rawat
di rumah sakit dan kolaborasi dengan Dr SpOG dan SpA
b) Pemberian
antibiotik
c) Oksitosin
drip
d) Bersihkan
jalan nafas dengan menghisap lendir dan melakukan rangsangan taktil pada bayi
serta potong tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptik (Arief, 2009).
B.
TEORI
MANAJEMEN KEBIDANAN
1.
Pengertian
Menejemen kebidanan
adalah suatu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisir pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 2007).
2.
Proses
Manajemen Kebidanan
Proses menejemen
kebidanan menurut Varney (2007) terdiri dari 7 langkah yang secara periodik
disaring ulang, proses menejemen ini terdiri dari pengumpulan data, antisipasi
atau tindakan gawatdaruratan, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Langkah
I : Pengkajian Data
Langkah
pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien (Yulaikah, 2009).
Data
Subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2009).
1. Identitas
pasien.
Identitas pasien menurut
Wulandari (2008), yaitu :
a. Nama
Pasien : dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untukmenghindari adanya
kekeliruan atau untukmembedakan dengan klien atau pasien yang lalu.
b. Umur
: ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko karena pada umur 20
tahun, alat reproduksi belum siap untuk menerima konsepsi. Pada umur lebih dari
25 tahun kerja jantung meningkatkarena adanya hemodilusi dan kemungkinan terjadi perdarahan.
c. Suku/bangsa
: ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan
bagi ibu hamil.
d. Agama:
untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.
e. Pendidikan:
untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat pendidikan
mempengaruhiperilaku kesehatan seseorang.
f. Pekerjaan
: untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien terhadap permasalahan
keluarga pasien atau klien, untuk mengetahui social ekonomi.
g. Alamat
: untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga
bidan mengetahui tempat tinggal pasien.
2. Anamnesa
a. Alasan
masuk RB atau RS
Untuk mengetahui alasan
atau keluhan utama yang membuat pasien datang berhubungan dengan
kehamilannya.Pasien mengeluh dengan adanya pengeluaran cairan dan belum
merasakan kenceng-kenceng (Saifudin, 2007).
b. Riwayat
kesehatan
Riwayat kesehatan
sekarang merupakan data yang berisi keluhan ibu sekarang saat pengkajian
dilakukan, riwayat kesehatan yang lalu dikaji untuk mengetahui apakah ibu
mempunyai riwayat penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, ginjal dan
diabetes melitus (Manuaba, 2008). Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk
mengetahui adakah riwayat penyakit menurun atau menular, adakah riwayat
keturunan kembar atau tidak (Ambarwati, 2008).
c. Riwayat
menstruasi
Adalah untuk mengetahui
menarche, umur berapa haid pertama, teratur atau tidak, siklus haid, lama haid,
banyaknya darah, dan sifat darah (cair atau ada gumpalan) disminorhoe atau
tidak, haid terakhir (Manuaba, 2008).
d. Riwayat
perkawinan
Adalah berapa kali
menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang
jelas akan berkaitan dengan psikologisnya (Wulandari, 2009).
e. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Adalah untuk mengetahui
pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir, tempat bersalin, penyulit
anak, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang
lalu, keadaan anak sekarang (Wheler, 2004).
f. Riwayat
laktasi.
Adalah mengetahui
berapa lama menyusui bayinya dan apakah ada keluhan (Purwanti, 2004).
g. Riwayat
kehamilan sekarang menurut Nursalam (2009).
1. Hari
pertama haid terakir (HPHT): Untuk mengetahui umur kehamilan.
2. Hari
perkiraan lahir (HPL): Untuk mengetahui perkiraan lahir.
3. Ante Natal Care (ANC):
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sudahhamil berapa minggu,
tempat ANC dan untuk mengetahuiriwayat kehamilan, imunisasi TT ( Tetanus Toxoid) sudah atau belum, kapan, berapa kali
(Winkjosastro, 2010).
4. Keluhan:
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat periksa (Varney, 2007).
h. Riwayat
keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah
sebelum kehamilannya ini pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak, berapa
lama penggunaannya (Nursalam, 2009).
i. Riwayat
penyakit yang lain atau operasi.
Adakah riwayat penyakit
operasi yang pernah diderita yang sekiranya dapat mengganggu dalam proses
persalinan ini (Nursalam, 2009).
j. Riwayat
penyakit keluarga
Adakah penyakit
keturunan atau menular dalam keluarganya (Wulandari, 2008).
k. Riwayat
kebiasaan sehari-hari.
Untuk mengetahui
bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan
bagaimana pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya (Saifuddin, 2007).
l. Riwayat
psikososial.
Bagaimana keadaan
mental ibu dalam menghadapi persalinan ini (Wiknjosastro, 2002).
3. Pemeriksaan
fisik
Data objektif adalah
data yang dapat diobservasi dan dapat diukur termasuk informasi yang diperoleh
selama pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik (Yulaikah, 2009).
a. Status
generalis
1. Keadaan
umum :Untuk mengetahui keadaan umum ibu dan tingkat kesadaran.
2. Tanda
vital
a. Tensi
: Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi (Saifuddin, 2007). Batas normal
110/60 – 140/90 mmHg (Lynn, 2008).
b. Suhu
: Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak jika ada dan
lebih dari 38oC kemungkinan terjadi infeksi (Wulandari, 2009). Batas normal
37,5–38 oC (Wulandari, 2009).
c. Nadi
: Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007).
Batas normal 60 - 80 x/menit (Wulandari, 2009).
d. Respirasi
: Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit
(Saifuddin, 2007). Batas normal 12 - 20 x/menit (Wulandari, 2009).
e. Berat
Badan :Untuk mengetahui faktor resiko obesitas. (Saifuddin, 2002). Kenaikan
berat badan normal ibu hamil adalah 12 kg (Perry, 2005).
f. Tinggi
Badan : Untukmengetahui faktor resiko kesempitan panggul (Saifuddin, 2002).
Tinggi badan wanita normal 150 cm (Wulandari, 2008).
b. Pemeriksaan
sistematis
1. Rambut
: Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe (Nursalam,
2009).
2. Muka
: Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah oedema (Nursalam,
2009).
3. Mata:
Adakah pucat pada kelopak mata bawah, adakah kuning / ikterus pada sklera (Yulaikah, 2009).
4. Hidung:
Adakah pernafasan cuping hidung, adakah pengeluaran sekret (Yulaikah, 2009).
5. Telinga
: Untuk mengetahui apakah didalamnya ada serumen (Alimul, 2006).
6. Mulut,
gigi dan gusi : Untuk mengetahui mulutnya bersih apa tidak, ada caries dan
karang gigi tidak, serta ada stomatitis atau tidak (Nursalam, 2009).
7. Leher
: Adakahpembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor dan pembesaran getah
bening (Nursalam, 2007).
8. Dada
dan axilla : Mammae ada pembesaran atau tidak, ada tumor atau tidak, simetris
atau tidak, areola hiperpigmentasi apa tidak, puting susu menonjol apa tidak,
kolostrum sudah keluar atau belum, axilla : adakah tumor, adakah nyeri tekan
(Nursalam 2007).
9. Perut
: Bagaimana status lokasinya danbagaimana status obstetrinya. (Saifuddin,
2007).
10. Ekstremitas
: Bagaimana keadaannya odema atau tidak, varices atau tidak, reflek patella (+)
atau (-), (Saifuddin, 2007).
c. Pemeriksaan
khusus obsteri (status lokasi).
1. Abdomen
a. Inspeksi
Bagaimana keadaannya,
pembesarannya, letaknya adakah luka bekas operasi, lokasinya jenisnya
(Prawirohardjo, 2007).
b. Palpasi
Menurut Prawirohardjo
(2007), kontraksi bagaimana, intensitas dan durasinya.
Leopold I : Untuk
mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus.
Leopold II : Untuk
mengetahui bagian janin pada perut bagian kanan dan kiri ibu.
Leopold III : Untuk
mengetahui bagian terbawah janin. Leopold IV : Untuk mengetahui bagian terbawah
janin sudah masuk pintu atas panggul atau belum.
c. Auskultasi
Detak jantung janin :
lokasi puntum maksimum, tempat frekuensinya (Varney, 2007).
2. Genetalia
Adakah luka, varices,
oedema, candiloma, atau kelainannya yang lain juga perineum elastis atau tidak
(Nursalam, 2007).
3. Vagina
taucher atau inspeculo
Untuk mengetahui
keadaan vagina, porsio, pembukaan, ketuban, penurunan kepala ubun-ubun kecil
dan untuk mendeteksi kesan panggul (Nursalam, 2007).
d. Data
penunjang
1. Pemeriksaan
laboratorium
a. Pemeriksaan
darah lengkap
Pada ketuban pecah dini
leukosit darah > 15.000/mm3.Hb normal : 12gram%. Janin yang mengalami
takhikardi, mungkin mengalami infeksi intra uterin (Saifuddin, 2002).
b. Tes
lakmus / tes nitrazin
Jika kertas lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis) (Saifuddin,
2002).
c. Tes
pakis
Dengan meneteskan
cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis) (Saifuddin, 2003).
2. Pemeriksaan
ultra sonografi
Untuk menunjukkan usia
kehamilan, berat jenis, volume cairan ketuban, letak janin, adanya kehamilan
ganda dan malposisi janin. Pada ketuban pecah dini sering terdapat kelainan
kongenital (Winkjosastro, 2002).
Pemeriksaan derajat
kematangan plasenta dan keadaan cairan amnion, kantung amnion kurang dari 2 cm
atau indeks cairan amnion kurang dari 5 cm. Merupakan indikasi untuk mengakhiri
kehamilan perlu dilakukan penilaian adanya gangguan pertumbuhan intra uterin
(Yulaikah, 2009).
b. Langkah
II : Interpretasi Data
Pada langkah ini
dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah
yang spesifik.Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.Masalah
juga sering menyertai diagnosis (Yulaikah, 2009).
1. Diagnosa
Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktek kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa : Ny. X
G...P...A... umur...tahun, umur kehamilan, janin tunggal, hidup intra uteri,
letak memanjang, presentasi kepala dengan ketuban pecah dini (Varney, 2007).
Data subjektif :
a. Ibu
mengatakan sudah mengeluarkan cairan sejak tanggal... pukul...dari vagina
b. Ibu
mengatakan cemas dengan keadaan bayinya karena ibu belum merasakan adanya
kontraksi (Varney, 2007).
Data
objektif :
a. Keluar
air ketuban sejak
b. Belum
keluar lendir darah
c. Belum
merasa kencang-kencang
d. Pembukaan
...cm
e. HPL
tanggal (Varney, 2007)
2. Masalah
adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Masalah yang sering timbul
pada ibu bersalin yaitu ibu merasa cemas dan gelisah dalam menghadapi
persalinan (Saifuddin, 2007).
3. Kebutuhan
adalah hal-hal yang dibutuhkan menyertai diagnosa teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah (Yulaikah, 2009). Kebutuhan pada ibu bersalin pada ketuban
pecah dini yaitu dukungan moral dan informasi tentang pertolongan persalinan
dengan ketuban pecah dini (Saifuddin, 2007).
c. Langkah
III : Diagnosa potensial
Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi.Langkah-langkah ini membutuhkan antisipasi
sambil mengamati pasien, bila memungkinkan dilakukan pencegahan infeksi, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi (Yulaikah, 2009).Pada ketuban pecah dini potensial terjadi
infeksi, partus lama, atonia uteri, pendarahan post partum, atau infeksi nifas
pada ibu sedangkan pada janin dapat terjadi prematuritas, janin mati dalam
kandungan, asfiksia (Manuaba, 2008).
d. Langkah
IV : Antisipasi
Pada langkah ini,
menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien (Yulaikah,
2009). Antisipasi yang pertama yang perlu dilakukan pasien dengan induksi atas
indikasi ketuban pecah dini adalah :
1. Rawat
di rumah sakit dan kolaborasi dengan Dr SpOG dan SpA (Saifuddin, 2003)
2. Pemberian
antibiotik (Saifuddin, 2003)
3. Oksitosin
drip (Saifuddin, 2003)
4. Bersihkan
jalan nafas dengan menghisap lendir dan melakukan rangsangan taktil pada bayi
serta potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik (Arief, 2009)
e. Langkah
V : Perencanaan
Langkah ini
merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya,
yaitu merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang diidentifikasikan
dan diantisipasi (Wiknjosastro, 2010).
Semua keputusan yang
dikembangkan rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan pasien (Varney, 2007). Rencana asuhan kebidanan pada
pasien dengan ketuban pecah dini menurut Saifuddin (2006) adalah:
1. Rawat
di rumah sakit
2. Berikan
antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Rawat
selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Lakukan
tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin.
5. Berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6. Beri
antibiotic dan lakukan induksi.
7. Nilai
tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine)
8. Berikan
steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
9. Beri
induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea
10.
Berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri
F. Langkah
VI : Implementasi
Merupakan pelaksanaan
rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan seperti pada perencanaan. Ini
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh bidan, pasien dan tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaan (Varney, 2007).
Implementasi asuhan
kebidanan pada pasien dengan ketuban pecah dini menurut Saifuddin (2006) adalah
:
1. Merawat
di rumah sakit
2. Memberikan
antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
3. Memberi
perawatan selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar
lagi.
4. Melakukan
tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin.
5. Memberikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6. Memberi
antibiotic dan lakukan induksi.
7. Menilai
tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine)
8. Memberikan
steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dankalau memungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
9. MemberI
induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea
10.
Memberikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri
G. langkah
VII : evaluasi
Langkah ini merupakan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi penemuan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, diagnosa,
dan masalah sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa kebidanan (Varney,2007).
Evaluasi dari pelaksanaan
asuhan kebidanan pada pasien dengan ketuban pecah dini menurut Varney (2006)
adalah :
1) Persalinan
berjalan normal atau bayi lahir secara spontan
2) Tidak
terjadi infeksi atau partus lama
3) Keadaan
umum bayi dan ibu normal
3. Data Perkembangan Menggunakan SOAP
(Varney, 2007)
S
:Subyektif
Data
subjektif ini diperoleh dari keluhan pasien atau menanyakan kepada pasien
langsung.
O
:Obyektif
Data
yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan fisik pasien hasil laboratorium
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus, untuk mendukung
analisa.
A
:Assessment (Penilaian)
Menyatakan
gangguan dari diagnosa masalah dan keluhan yang terjadi atas dasar subyektif
dan objektif atau analisa.
P
:Planning
Merupakan
tindakan dari perencanaan yang telah ditentukan dan evaluasi berdasarkan
analisa.Data diagnostik tambahan mencakup tes labotarorium dan tindakan
diagnostik lainnya yang menjelaskan masalah pasien.
C.
LANDASAN
HUKUM
Landasan
hukum yang mendasari bidan didalam melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan
ketuban pecah dini merupakan keputusan Permenkes No. 1464 / Menkes / Per / X /
2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Pasal
9
Bidan
dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
a.
pelayanan kesehatan ibu
b.
pelayanan kesehatan anak
c.
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
Pasal 10
1.
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
2.
Bidan dalam memberikan pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk : penanganan
kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
BAB
III
METODOLOGI STUDI KASUS
A.
Jenis
Studi
Jenis
penelitian yang digunakan dalam menyusun studi kasus ini adalah observasional deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Deskriptif yaitu suatu studi kasus yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara
obyektif (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus yaitu dilakukan dengan meneliti suatu
permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo,
2010).
B.
Lokasi
Studi Kasus
Lokasi
studi kasus adalah tempat dimana studi kasus ini dilaksanakan (Nursalam,
2005).Lokasi pengambilan studi kasus ini dilakukan di RSUD Kota Surakarta.
C.
Subyek
Studi Kasus
Subyek
studi kasus adalah siapakah orang atau golongan mana yang menjadi sasaran dalam
pelaksanaan pengambilan kasus (Notoatmodjo,2010).
Pada
kasus ini subjeknya adalah ibu bersalin Ny. A G1P0A0 dengan ketuban pecah dini.
D.
Waktu
Studi Kasus
Waktu
studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data
studi kasus yang akan dilaksanakan (Budiarto, 2004). Pada kasus ini waktu pelaksanaan dilakukan pada
maret 2015
E.
Instrumen
Studi Kasus
Instrumen
adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo,
2010). Instrumen yang penulis gunakan untuk pengumpulan data dalam studi kasus
ini adalah format askeb ibu bersalin dengan manajemen 7 langkah Varney.
F.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2010).
Teknik
pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Data primer
Data
primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh
orang yang bersangkutan dalam pelaksanaan studi kasus maupun penelitian
(Nursalam, 2005). Data primer dapat diambil dari :
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala / masalah kesehatan
yang dialami oleh pasien (Alimul, 2006). Pemeriksaan fisik meliputi :
1. Inspeksi
Adalah
suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan
indera penglihatan. Pada kasus asuhan kebidanan ibu bersalin dengan induksi
atas indikasi ketuban pecah dini ini dilakukan secara berurutan mulai dari
kepala sampai kaki (Nursalam, 2005).
2. Palpasi
Adalah
suatu teknik yang menggunakan indra peraba tangan dan jari-jari adalah suatu
instrumen yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
temperatur, turgor, bentuk kelembaban vibrasi dan ukuran (Nursalam, 2005). Pada
kasus ini pemeriksaan palpasi dilakukan pada Leopold I – Leopold IV (Hidayat,
2006)
3. Auskultasi
Adalah
pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi denyut jantung
janin. Pada ketuban pecah dini perlu dilakukan pemeriksaan auskultasi DJJ untuk
mendeteksi hipoksia janin dan gangguan denyut jantung janin
(Manuaba, 2008).
4. Perkusi
Adalah
melakukan pengetukan dengan ujung-ujung jari pada daerah permukaan tubuh dengan
tujuan menghasilkan suara.Pada kasus asuhan kebidanan ibu bersalin dengan
induksi atas indikasi ketuban pecah dini ini dilakukan pemeriksaan reflek
patella (Winkjosastro, 2010).
b. Wawancara
Adalah
suatu prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari
pasien.Jadi data tersebut diperoleh langsung dari pasien (Notoatmodjo, 2010).
Pelaksaan wawancara ini dilakukan pada ibu bersalin Ny. A dengan indikasi KPD,
keluarga pasien dan tenaga kesehatan.
c. Observasi
Yaitu
suatu prosedur yang berencana antara lain meliputi melihat, mencatat jumlah dan
taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diamati
(Notoatmodjo, 2010). Pelaksanaan observasi dilakukan dengan mengobservasi
tanda-tanda infeksi, DJJ, kemajuan pembukaan, pengeluaran pervaginam, tetesan
infus oksitosin dan TTV (Nursalam, 2009).
2. Data sekunder
Adalah
data yang diperoleh dari mempelajari status maupun dokumentasi milik pasien,
data dari catatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo,2010). Data sekunder
meliputi :
a. Studi Dokumentasi
Dokumentasi
yaitu semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik
berupa dokumen resmi maupun tidak resmi (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini
didapatkan data dari rekam medik di RSUD kota Surakarta
b. Studi Kepustakaan
Studi
kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dalam menunjang
latar belakang teoritis dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2005).Studi kasus
ini digunakan buku yang berhubungan dengan bayi baru lahir tahun 2002 – 2010.
G.
Alat-alat
yang dibutuhkan
Alat
dan bahan yang dibutuhkan dari studi kasus ini menurut Saifuddin (2003) adalah
:
1.
Alat
yang dibutuhkan dalam pengambilan data :
a.
Format
pengkajian pada ibu bersalin
b.
Alat
tulis
2.
Alat
yang dibutuhkan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi:
a.
Spygmomanometer
b.
Stetoskop
c.
Termometer
d.
Doppler
e.
Sepasang
handscone
f.
Jam
tangan
g.
Reflek
hammer
3.
Alat
yang digunakan dalam induksi dan pertolongan persalinan :
a.
Infus
set yang terdiri dari abocat, jarum infus, selang infus, gunting plester,
betadin, kapas alkohol, plester, standar infus dan kasa steril
b.
Partus set yang terdiri dari 2 buah klem, 1
buah setengah koker,1buahkateter metal, 1 buah gunting tali pusat dan 1 buah gunting
episiotomy.
c.
Heacting
set yang terdiri dari 1 buah gunting benang, 1 buah pinset anatomis, 1 buah
pinset chirrrurgis, benang catgut, jarum kulit, otot dan 1 buah nalpuder
d.
Sarung
tangan steril, duk steril, kapas dan kasa steril
e.
Pengikat
tali pusat, penghisap lendir, bengkok dan kurintang.
4.
Bahan
yang digunakan dalam induksi dan pertolongan persalinan :
a.
Cairan
infus (D5 %)
b.
Oksitosin
Lucky Club | Slots, Live Casino, Free Spins and Bonuses
BalasHapusLucky Club is a new gaming casino, powered by Relax Gaming, and luckyclub.live licensed in Curacao. The site is a part of the Curacao iGaming Regulatory Authority,